KH AGUS ALI MASHURI SIDOARJO


Apabila dibandingkan dengan pondok-pondok besar, misalnya di Jombang, yang asrama dan halamannya sangat luas, bisa mencapai satu kampung. Maka akan sangat jauh sekali perbedaannya dengan Pesantren Bumi Sholawat, Pesantren yang diasuh oleh KH AGOES ALI MASHURI (GUS ALI), dimana bila ada pengajian (tiap Senin malam), jalan masuk ke Bhumi Shalawat dipinjam sementara untuk lesehan mengaji kitab.

"Pondok saya itu kecil saja, Ibu MEGAWATI Soekarnoputri. Saya ini cuma guru ngaji di desa," kata KH AGOES ALI MASHURI (GUS ALI), pengasuh pesantren terkemuka di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) ini. Gus Ali menyampaikan hal ini di depan Megawati, yang waktu itu menjabat Presiden Indonesia Raya. Putri Bung Karno hanya senyam-senyum.


Andai saja tak ada plang/papan nama, kemungkinan besar para tamu tidak tahu bahwa rumah kediaman Gus Ali itu pesantren ternama. Begitu biasa, samalah dengan rumah penduduk. Tapi, justru sempitnya lahan untuk pengembangan pesantren membuat Gus Ali mengolah sistem 'ngaji' yang berbeda dengan pondok konvensional.


"Saya punya metodologi sendiri," jelas Gus Ali. Pernyataan ini diulangi lagi di depan MEGAWATI SOEKARNOPUTRI dan rombongan pejabat pusat dan daerah.


Metodologi khusus itu karena santri-santri BHUMI SHALAWAT tersebar di seluruh Indonesia, bahkan luar negeri. Tak salah kalau BHUMI SHALAWAT menggunakan peta bumi Indonesia sebagai logonya. "Bagaimana bisa menghitung santri saya? Saya sendiri nggak tahu," kata kiai yang suka main catur ini.


Tiap Senin malam, tak peduli kemarau atau hujan, ribuan orang dari berbagai daerah, termasuk luar Jawa, datang ke BHUMI SHALAWAT untuk menerima siraman rohani dari Gus Ali. 

Selain jamaah lama, selalu muncul orang-orang baru yang ingin menerima barokah dari Gus Ali. Anak-anak, remaja, artis, pejabat, pengusaha, konglomerat, berbaur jadi satu.

Di arena pengajian Gus Ali, semua orang sama. Semua santri (temporer dan tetap) lesehan.


"Kenapa lesehan? Karena Gus Ali ini tidak dapat kursi. Kursi kami sudah diambil orang-orang itu," begitu guyonan berbau politik ala Gus Ali. Zikir, Pengajian, Siraman rohani, Kursus mengelola usaha kecil merupakan agenda rutin di BHUMI SHALAWAT.


Metodologi khusus, yang menjadi andalan Gus Ali, adalah pemberdayaan ekonomi. Seorang kiai, 'guru ngaji', bagi Gus Ali, harus bisa menjadi agen pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.


Pendekatan ekonomi inilah yang selalu ditekankan Gus Ali dalam pengajian-pengajiannya. Banyak hal sudah dilakukan BHUMI SHALAWAT, seperti koperasi, pengembangan usaha kecil dan menengah. "Kalau nggak mimir ekonomi umat, susah kita ini," ujarnya.


Para jamaah BHUMI SHALAWAT yang saya temui rata-rata memiliki kesan mendalam terhadap Gus Ali. WAHYUDI asal Pandaan, misalnya, melihat Gus Ali sebagai tokoh yang memiliki kemampuan komplet dalam bidang apa pun.


"Apa saja dia bisa. Dan itu yang membuat saya tidak pernah absen dalam pengajian beliau," katanya. Pria ini selalu datang ke Tulangan bersama 200-an warga Pandaan.


Para pejabat seperti bupati, gubernur, menteri, bahkan presiden, sudah biasa 'mampir' ke Bhumi Salawat. Apa pun niat dan motivasi para pejabat itu, Gus Ali selalu berusaha menjadi tuan rumah yang baik. Senyum khas serta guyonan ala kiai Nahdlatul Ulama (NU) tak ayal membuat tamu-tamunya tertawa "byor".

Gus Ali selain memberikan kajian kitab di Pesantrennya, tidak jarang diundang untuk memberikan ILMU-nya kepada jamaah taklim di berbagai daerah di Indonesia. Ada beberapa file audio yang terekam untuk Anda download secara gratis sebagai bekal da'wah yang menjadi pegangan hidup kita. 

Berikut adalah beberapa MP3 Pengajian yang beliau sampaikan ke ribuan jamaah pengajian.